Mimpi-mimpi Lintang Maryamah Karpov

Oleh Empuesa

Penulis       : Andrea Hirata  
Penyunting : Imam Risdiyanto
Penerbit     : Bentang, Yogyakarta
Cetakan     : Pertama, November 2008
Tebal         : xii + 504 halaman
Ukuran       : 20, 5 cm

Dan aku senang karena setiap anggota Laskar Pelangi telah menmukan dirinya sendiri, kecuali Aku. Ajaib, mereka tak pernah ke mana-mana, tak pernah meninggalkan sudut bumi di pulau terpencil ini, tapi menemukan semua yang mereka cari. Sementara aku, telah melintasi samudera, berbagai negeri nan jauh, dan benua-benua asing, tapi tak menemukan apapun, tidak juga cinta itu, sungguh menyedihkan (hal 267).
Setiap orang yang pernah menjalani kehidupan baru atau berbeda dengan kehidupan aslinya tentu akan mengalami sebuah kondisi “keterasingan” ketika terpaksa atau dipaksa oleh keadaan tertentu harus kembali ke kehidupan semula. Pengalaman “terasing” itu dirasakan ketika diri yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang dianggap serba “maju” dipaksa atau terpaksa untuk kembali ke dalam keadaan yang dianggap “tidak maju”. Pada kondisi ini, jika sesorang tidak tidak dapat mencerna dengan baik maka akan mengalami apa yang biasa disebut dengan kejutan budaya (cultural shock).

Salah satu wujud dari kejutan budaya itu dapat dilihat dari perubahan pola hidup seseorang dan masyarakat, serta berbagai masalah yang muncul di masyarakat. Satu hal yang paling banyak disinggung oleh para pengkaji budaya adalah munculnya berbagai bentuk kriminalitas, seperti pencurian bayi, anak-anak yang menjadi pencuri, maraknya korupsi, banyaknya artis yang beralih ke dunia politik dan sulitnya memberantas pungli.

Secara umum memang masalah di atas berhubungan dengan ekonomi, akan tetapi jika dipahami bahwa mencari ekonomi adalah sifat dasar manusia, maka “penyimpangan” dalam mencari ekonomi disebabkan karena indvidu tidak dapat berfikir secara matang dalam menyikapi kesulitan ekonomi tersebut, dan ini salah satunya disebabkan karena individu “terkejut” ketika berhadapan dengan pola hidup baru yang tidak sesuai dengan diri dan keadaan sosialnya.

Dalam konteks pembangunan daerah-daerah Indonesia yang relatif belum semaju pembangunan di Eropa, maka migrasi penduduk ke kota-kota besar, apalagi ke luar negeri, akan mengakibatkan kejutan budaya individu ketika mereka kembali ke tanah kelahirannya. Lebih jauh akibat kejutan budaya ini tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan tergerus bahkan punahnya kebudayaan lokal. Dalam kajian kebudayaan, ini adalah masalah serius karena ketika kebudayaan lokal hilang berganti dengan kebudayaan baru (modern), maka itu akan berpengaruh pula terhadap pola perilaku individu di masyarakat baik positif maupun negatif.

Kejutan budaya yang berlanjut pada perubahan perilaku individu di masyarakat yang negatif disebabkan karena individu selalu membandingkan kehidupan barunya dengan kehidupan lamanya. Perbandingan ini adalah sebuah kewajaran karena usaha membandingkan bertujuan untuk menjadi individu yang lebih baik. Meskipun demikian, perbandingan itu akan berujung pada sikap negatif karena terkadang individu ketika melakukan perbandingan tidak cukup disertai dengan pertimbangan yang matang, bahkan mungkin berat sebelah.

Dalam kajian budaya keterkejutan budaya akan dialami oleh individu dengan kriteria sebagai berikut:
  1. Individu terlalu menganggap lebih kehidupan barunya daripada kehidupan lamanya
  2. Individu selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang berbeda (lebih maju) dari orang lain di tempat asalnya
  3. Individu yang tidak memiliki pendidikan cukup, sehingga tidak dapat mencerna kehidupan barunya dengan baik ketika pulang ke tempat asalnya
  4. Individu yang hanya berorientasi materi ketika pindah atau mencari kehidupan barunya
Jika melihat kriteria di atas, maka tampaknya pihak yang rentan mengalami kejutan budaya adalah para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri karena mereka rata-rata berpendidikan rendah. Sebaliknya, kejutan budaya tidak akan berlaku bagi para pelajar Indonesia yang memiliki kesempatan belajar ke luar negeri karena kepindahan para pelajar ke luar negeri didasari oleh kesadaran rasional yang seimbang, sehingga ketika mereka pulang kampung, mereka akan mudah beradaptasi ketika membandingkan kehidupan barunya dengan kehidupan lamanya.

Memang pendidikan adalah elemen penting dalam pemberdayaan masyarakat, namun pendidikan bukanlah satu-satunya prasyarat ketahanan masyarakat dalam menjalani hidup yang serba cepat sekarang ini.
Tak terasa, sebulan sudah aku di kampung. Tanpa pekerjaan, berijazah universitas, maka profil demografiku dapat digambarkan seperti ini: pengangguran paling intelek di pantai Timur Belitung (hal 127).
Perubahan dan kemajuan adalah sebuah keniscayaan. Kita tidak dapat meredam perubahan dan kemajuan suatu bangsa, akan tetapi kita dapat bersiap bahkan bersaing dengan kemajuan mereka serta dapat menghindari kejutan budaya ketika kita bersentuhan dengan budaya mereka. Selain meningkatkan terus kualitas pendidikan di daerah-daerah, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memaksimalkan sumber daya daerah dengan didukung oleh pihak pengampu kebijakan. Masyarakat dan penguasa harus bahu membahu dan bekerja keras memajukan daerahnya, bukan menjadi raja-raja kecil yang memakan saudara sendiri.

Lebih dari itu semua, sebenarnya kekuatan individu agar tidak mudah mengalami keterkejutan budaya adalah memupuk dan mewujudkan mimpi. Mimpi adalah amunisi paling hebat yang dimiliki oleh setiap individu. Mimpi menjadi penyemangat yang dapat diasah oleh individu sendiri. Bukan dengan fasilitas yang mewah, bukan pula dengan kemajuan yang dicapai. Akan tetapi mimpi juga dapat diasah dengan pengalaman pahit yang dirasakan dalam hidup.
Aku telah mengalami banyak hal menyakitkan. Sejak kecil, setiap segi dalam hidupku mesti diperjuangkan seperti perang. Menyerah adalah pilihan yang menghinakan bagiku. Tak pernah aku takluk pada apapun tanpa lebih dulu berjibaku (hal 16).
Maryamah Karpov adalah adalah novel terakhir dari tetralogi laskar pelangi. Satu hal yang ingin disampaikan oleh novel ini adalah janganlah kita terlalu silau dengan kemajuan orang lain, karena jika kita hanya silau, kita hanya akan mendapatkan silaunya saja. Kita dapat menyaingi kemajuan mereka dengan sumber daya yang kita miliki. Kekuatan itu ada pada diri sendiri. Dengan kerja keras untuk mewujudkan mimpi bersama, kita dapat membuat kapal sendiri untuk mengarungi samudera kehidupan yang luas ini. Kita dapat membuat kapal dengan cara, budaya, sumber daya manusia, dan sumber daya alam yang kita miliki.

(Resensi ini pernah dimuat di www.melayuonline.com)



















Komentar

Postingan Populer