Kadiaman dan Tradisi Kekebalan Tubuh

Oleh Empuesa 

Orang-orang Suku Dayak Iban banyak tersebar di wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau atau Malenggang dan sekitarnya, Kabupaten Sekadau (Belitang Hilir, Tengah, Hulu), Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Kapuas Hulu di Kalimantan. Selain itu, orang-orang Suku Dayak Iban juga dapat ditemukan di wilayah Malaysia seperti di Serawak dan Sabah serta di Brunei Darusalam. 

Salah satu sub suku Dayak ini memiliki tradisi pemujaan sakral di suatu tempat khusus bernama kadiaman. Tempat ini biasa digunakan untuk melakukan ritual pemujaan kepada Jubata. Kadiaman biasanya berada jauh di pedalaman hutan karena tempat ini dianggap sebagai kawasan yang suci dan sakral.

Menurut kepercayaan orang-orang Dayak Iban, kadiaman ditentukan melalui mimpi atau bisikan hati. Setelah mendapat mimpi atau bisikan, kemudian digelar upacara sebagai media untuk berkomunikasi dengan Jubata demi memastikan tempat tersebut apakah cocok atau tidak. Jika cocok, maka kadiaman itu akan dikunjungi minimal setahun sekali sebagai tempat ritual pemujaan.

Setiap orang Dayak Iban boleh datang ke kadiaman, baik sendiri maupun berkelompok. Meskipun demikian, terdapat syarat-syarat tertentu. Pertama, seluruh warga suku harus berunding terlebih dahulu dengan sesepuh adat untuk menentukan waktunya. Jika sudah diputuskan, maka warga akan menyiapkan segala piranti untuk pemujaan. Secara gotong royong warga menyiapkan lima ekor babi, beras biasa, beras pulut, dan beras kuning yang akan dipersembahkan kepada Jubata. Satu lagi yang tidak boleh terlupa adalah persembahan beras latok (beras yang digoreng hingga mengembang) sebagai salah satu syarat untuk mengundang roh halus di kadiaman.

Selain syarat di atas, tiga ekor ayam panggang juga harus dibawa sebagai persembahan kepada Jubata dan pembujuk roh halus agar datang. Nasi yang dimasak dalam bambu, tembakau, nasi yang dibungkus dengan daun pinang atau bambu, mangkok berisi kemenyan, dan sepiring daging babi yang sudah disayat harus juga disiapkan.

Niru kecil (semacam nampan), juga harus dibawa serta, lalu di atasnya diletakkan lima daun rokok, tujuh jumput tembakau, tujuh helai daun sirih, tujuh buah pinang tua, dan sebotol tuak. Ember berisi air yang dicampur tujuh macam kembang hutan, tujuh helai daun pandan, tujuh batang serai, satu pelepah pisang, tujuh helai daun tawang merah, dan tujuh daun kelapa yang muda, juga wajib diikutkan karena air suci ini nantinya akan digunakan pada saat prosesi ritual di kadiaman.

Ritual kekebalan
 
Warga Dayak Iban melakukan ritual pemujaan di kadiaman dengan berbagai macam tujuan, di antaranya memohon agar dijauhkan mereka dari marabahaya, dilimpahi berkah ternak dan pertanian yang banyak, dan diberikan umur panjang. Warga yang ikut pemujaan biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok yang hanya memohon doa-doa di atas dan ada pula yang memohon yang lain, seperti kekebalan tubuh.

Bagi kelompok pertama, setelah ritual pemujaan di atas selesai, mereka akan memasak segala piranti yang mereka bawa lalu makan bersama. Namun, bagi kelompok kedua, ritual akan dilanjutkan ke prosesi yang lebih mistis, yaitu ritual kekebalan tubuh. Ritual permohonan kekebalan tubuh ini biasanya dilakukan oleh kaum lelaki di mana mereka akan duduk bersila dalam formasi melingkar.

Ritual dipimpin oleh ketua adat. doa dilantunkan sembari melemparkan beras latok ke udara. Gerakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang, bahkan terkadang sampai pagi. Dalam ritual ini, mereka akan kerasukan (trance) roh halus dan bertingkah liar, seperti berteriak-teriak dan melompat-lompat.

Sang dukun kemudian akan menangkap mereka satu-persatu dan menetakkan mandau pada tubuh atau tangan mereka yang kerasukan. Di antara mereka, ada yang kebal dan tidak mempan ditetak mandau. Namun, tidak sedikit pula yang tidak kebal dan dari tubuhnya keluar darah. Sang dukun lalu mengobatinya dengan cara yang mistis.

Setelah ritual berakhir, mereka dimasukkan ke dalam sebuah pondok khusus untuk menunggu hari siang. Saat bangun, jika ada yang mendapat pertanda buruk, maka mereka tidak boleh pulang selama 3 hari dan harus mengulang ritual kekebalan lagi.

Upacara pemujaan di kadiaman dan ritual kekebalan tubuh adalah tradisi sakral dan luhur bagi orang Dayak Iban. Selain untuk menghormati Jubata, tradisi ini juga merupakan upaya mereka dalam merawat tradisi leluhur yang tentunya sangat penting untuk dipelihara.

(Opini ini pernah dimuat di www.MelayuOnline.com)


Komentar

Postingan Populer