Menaiki Pancak

Oleh  Empuesa

Bagi suku bangsa Dayak yang hidup di pedalaman hutan Kalimantan, tengkorak manusia bukan lagi barang yang mengerikan, melainkan justru sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Hal ini setidaknya tercermin dari tradisi pemujaan kepada tengkorak manusia dan hewan yang dinamakan menaiki pancak.

Pancak adalah sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat menyimpan tengkorak manusia dan hewan. Pancak juga dijadikan tempat pemujaan dan persembahan bagi warga yang memiliki hajat, seperti memohon kesehatan, keselamatan, dan perlindungan. Konon, pancak didirikan di atas pondasi tubuh seorang yang masih hidup. Artinya, lubang pada dasar tiang pokok diberi korban manusia.

Pancak dibangun dari kayu khusus bernama kayu belian (istilah yang sama untuk menyebut dukun). Kayu ini dipilih karena memiliki bentuk tinggi dan besar seukuran sepelukan orang dewasa. Umumnya, bangunan dibuat bertingkat dua. Tinggi tiang antar tingkatan sekitar 7 meter. Lantai pertama difungsikan sebagai tempat pemujaan dan lantai kedua untuk menyimpan tengkorak. Setiap pancak biasanya tersimpan kurang lebih 40 tengkorak manusia maupun hewan.

Menurut cerita masyarakat Dayak, tengkorak pertama yang mengawali adanya tradisi pancak bukan tengkorak manusia, melainkan tengkorak hantu. Dikisahkan, pada suatu pagi di waktu gerimis hujan, berangkatlah seorang petani ke kebunnya. Sesampai di kebun, ia berkeliling untuk memeriksa tanaman apakah ada yang rusak atau tidak.

Saat berkeliling itu, seketika ia berhenti karena melihat sesosok manusia tinggi dan hitam legam. Sosok yang menghadang itu seakan ingin membunuhnya. Petani itu tercengang dan takut jika sosok itu menyerangnya. Untuk membela diri, petani itu menghunus mandau dan menyerang sosok hitam itu. Mandau itu berhasil memotong leher sosok itu dan kepalanya jatuh ke tanah, tercabut dari pangkalnya. Lalu, penggalan kepala itu dibawa pulang dan ditempatkan dalam pancak. Itulah mitos awal-mula tradisi menaiki pancak.

Pancak yang ada sekarang berisi tengkorak kepala orang-orang yang disegani. Ritual menaiki pancak dimulai dengan menyiapkan segala bahan dan perlengkapan berupa ayam berbulu putih atau merah, beras kuning, tuak dua botol, dan uang receh secukupnya.

Ritual dipimpin oleh ketua adat dan diawali dengan membaca doa dan mantra di bawah pancak. Mantra berupa permohonan izin kepada Jubata agar anak cucunya diperbolehkan menaiki pancak. Setelah kepala adat mendapat tanda bahwa mereka boleh menaiki pancak, ayam yang dibawa lalu disembelih, dibersihkan, dipanggang, dan dimakan bersama saat itu juga.

Seusai makan, kepala adat lalu memimpin menaiki pancak menggunakan bambu yang dibentuk seperti tangga. Sebelum naik, kepala adat kembali merapalkan mantra agar jangan terhalang saat menaiki pancak. Ritual dilakukan di tingkat 2, tempat tengkorak tersimpan. Sesampai di lantai 2, kepala adat kembali mengucap mantra lalu menuangkan tuak ke tengkorak satu persatu diiringi bacaan mantra. Orang yang ikut ritual biasanya akan membisiki kepala adat agar dimohonkan hajatnya kepada Jubata. Setelah selesai, kepala adat memimpin turun dari pancak dan mereka pun makan bersama.

Sekilas, tradisi pancak tampak sadis dan tidak manusiawi, namun tidak bagi orang Dayak. Menurut mereka, tengkorak manusia dan hewan dianggap sebagai leluhur yang perlu dihormati. Ritual menaiki pancak adalah cara untuk menghormatinya dan itu sakral.

Sebenarnya, tidak hanya tradisi menaiki pancak saja yang terkesan tidak manusiawi, tradisi mengayau juga umumnya dipahami demikian. Kita seharusnya bisa lebih bijak dalam menyikapi hal-hal semacam ini karena relevansi dan nuansa zamannya pun berbeda.

Mengutip Clifford Geertz, bahwa setiap manusia memiliki pengetahuan lokal (local knowledge) masing-masing untuk setiap perilaku mereka. Setiap pengetahuan lokal pasti tidak akan sama. Oleh karena itu, maka hendaknya kita memahami dengan melihat dari sudut pandang mereka. Pengetahuan lokal orang Dayak dalam konteks pancak adalah untuk menghormati leluhur seperti umumnya manusia menguburkan atau membakar jenazah.

(Opini ini pernah dimuat di www.MelayuOnline.com)











Komentar

Postingan Populer