Melestarikan Batik Gedog Tuban

Oleh Empuesa 

Ternyata bukan hanya Jogja dan Solo saja yang dikenal sebagai daerah penghasil batik. Tuban, salah satu Kabupaten di Jawa Timur, juga punya batik yang khas dan berkelas, yakni batik gedog. Sebutan gedog diambil dari bunyi “dog” alat menenun batik. 

Batik gedog masih lestari di Tuban. Banyak industri-industri rumahan yang mengusahakan produksi batik. Para perajin batik gedog umumnya adalah keluarga perajin turun-temurun. Namun, saat ini sudah banyak pelestari batik yang mendirikan sekolah atau kursus batik gratis. Tujuannya adalah untuk melahirkan perajin-perajin batik baru. Anak-anak mereka juga dididik agar dapat berkreasi sejak dini dan mandiri. Tidak sedikit dari mereka yang membiayai sekolah dengan uang hasil membatik.

Batik Tuban terdiri dari 2 macam, tapih (kain sepanjang dua meter) dan selendang. Keduanya dicipta dengan cara tulis dan cap. Batik gedog sendiri merupakan batik tulis. Untuk membuat satu lembar kain batik gedog, seorang perajin biasanya membutuhkan waktu 3 hingga 4 bulan. Waktu selama itu meliputi proses memintal benang, menenun, membatik, dan pewarnaan menggunakan bahan alami. Tidak heran jika batik gedog dijual dengan harga mahal, di atas 800.000 rupiah.

Beragam dan Motif Batik yang Unik
 
Terdapat sekitar 100 ragam motif, dan 40 di antaranya sudah dipatenkan oleh pemerintah daerah Tuban. Motif-motif batik akan dipakai sesuai dengan fungsinya, misalnya untuk seserahan pernikahan, kondangan, melayat, acara resmi, atau sehari-hari.

Tapih biasanya digunakan sebagai hantaran pernikahan dari pihak laki-laki kepada mempelai perempuan. Calon pengantin laki-laki dari keluarga kaya biasanya membawa 100 lembar tapih.

Tapih dan selendang batik tulis Tuban umumnya berwarna kecoklatan. Sedangkan batik gedog berwarna gelap. Meskipun demikian, juga bisa ditemukan batik Tuban berwarna cerah. Sedangkan selendang biasanya digunakan untuk menggendong bakul saat ke pasar atau ke sawah. Namun, ada juga selendang yang khusus digunakan untuk menghadiri acara resmi.

Motif-motif batik Tuban di antaranya adalah panjiserong, panjiori atau panjikrendil. Konon, motif-motif ini dulunya hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan. Namun kini, batik Tuban bisa digunakan oleh berbagai kalangan dan lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial.

Selain motif panji, tapih dalam bentuk sarung maupun kain panjang juga memiliki motif religi, misalnya motif kijing miring dan ilir-ilir. Ragam motif kain batik Tuban tersebut tidak semua dijual dengan harga mahal.

Selendang batik Tuban juga dikenal memiliki beragam jenis dan motif, di antaranya selendang selimun, lokcan dan kembang waluh. Selendang selimun dipercaya memiliki keampuhan bisa menyembuhkan demam. Proses pemintalan benang, penenunan, hingga pewarnaan yang semuanya menggunakan bahan alami ternyata berpengaruh pada tubuh si sakit yang akhirnya bisa menjadi obat yang mujarab.

Selendang lokcan yang mendapat pengaruh dari Cina juga dipercaya bisa menyembuhkan sengatan kalajengking. Sedangkan selendang waluh biasanya digunakan ketika upacara ritual membuang sial.

Batik Tuban Masih Kuat Bertahan
 
Salah satu faktor batik gedog Tuban dapat bertahan adalah kreativitas para perajinnya. Di tengah gempuran batik-batik dari daerah lain dan batik impor, batik gedog masih mampu bersaing. Hal ini juga ditunjang oleh para perajin yang tidak lelah mendidik generasi baru dan memperluas jaringan distribusi untuk pemasaran batik mereka.

Orang Tuban sendiri tampaknya juga mengapresiasi batik mereka dengan baik, di mana mereka tetap menjadikan batik gedog sebagai pakaian wajib dalam acara-acara besar atau resmi. Perpaduan kreativitas dan apresiasi budaya ini penting untuk dipelihara. Diharapkan, batik gedog sebagai peninggalan leluhur yang bernilai tinggi dapat bertahan hingga masa yang akan datang.

(Kolom ini pernah dimuat di www.Jogjatrip.com & www.WisataMelayu.com)



Komentar

Postingan Populer