Maqgalaceng

Maqgalaceng atau yang dikenal juga dengan sebutan aqgalacang adalah salah satu jenis permainan tradisional Melayu dari Sulawesi Selatan. Permainan tradisional ini mirip dengan permainan dakon yang populer di Jawa. 

1. Asal-usul

Orang Melayu di Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki beragam permainan tradisional yang unik dan khas, salah satunya adalah permainan maqgalaceng (dalam bahasa Bugis) atau aqgalacang (dalam bahasa Makassar). Maqgalaceng adalah permainan memindahkan butir-butir batu atau biji buah asem ke dalam lubang-lubang (12 buah: 10 kecil dan 2 besar) pada tanah atau sebidang kayu (Aminah Pabittei, 2009). Di Jawa, permainan tradisional seperti ini dikenal dengan nama dakon.
Maqgalaceng atau aqgalacang adalah permainan yang biasa dimainkan di malam hingga pagi hari jika ada keluarga atau kerabat yang sedang berduka. Permainan ini ditujukan untuk menghibur keluarga, yakni untuk menemani mereka selama masa berkabung. Namun demikian, setelah ajaran Islam masuk ke Sulsel, permainan maqgalaceng atau aqgalacang lebih banyak dilakukan sebagai media hiburan anak-anak, sedangkan untuk berkabung diisi dengan membaca Alquran atau pengajian (Pabittei, 2009).
Pada zaman kerajaan dahulu, permainan maqgalaceng atau aqgalacang dilangsungkan hingga 100 malam jika yang wafatn adalah keluarga raja. Sedangkan untuk masyarakat biasa, permainan digelar selama 7 hari 7 malam. maqgalaceng atau aqgalacang biasanya dimainkan hingga akhir dari pemasangan batu nisan di makam (Aminah Pabittei, 2009). 

2. Peralatan

Maqgalaceng atau aqgalacang memerlukan peralatan yang sederhana, yaitu alat maqgalaceng atau aqgalacang yang terbuat dari kayu atau plastik, dan biji asam atau batu sebanyak 50-70 buah. 

3. Peserta

Permainan maqgalaceng atau aqgalacang umumnya dimainkan oleh 2 orang, bisa anak-anak ataupun dewasa. Keduanya akan bermain dengan duduk di atas kursi atau di lantai. Namun, sekarang permainan ini lebih banyak difungsikan sebagai hiburan, pemain tidak harus berpasangan dengan sesama umur, siapa saja boleh bermain.

4. Tempat Permainan

Dulu, maqgalaceng atau aqgalacang biasa dimainkan di halaman rumah atau serambi rumah duka. Namun, saat ini maqgalaceng atau aqgalacang dapat dimainkan di mana saja. Terkadang dimainkan di kebun, bahkan di kamar tidur. 

5. Aturan Permainan 

Secara umum, permainan maqgalaceng atau aqgalacang memiliki aturan yang sederhana. Misalnya, pemain dilarang menyembunyikan biji dan harus memindahkan biji secara bergantian, tidak boleh saling mendahului. Namun, pada masyarakat Sulsel terdapat 4 macam model permainan dengan aturan yang berbeda-beda, yaitu mabbetta, maqdappeng, gabungan antara keduanya, dan sigoppoe.
  • Mabbetta berisi aturan bahwa apabila biji si pemain jatuh di lubang yang kosong di daerahnya, sementara lubang lawan yang ada di depannya berisi, maka biji dalam lubang lawannya itu menjadi miliknya.
  • Maqdappeng mengatur bahwa apabila biji si pemain habis atau jatuh pada lubang lawan yang berisi 3 biji, maka biji lawan tersebut menjadi miliknya.
  • Gabungan mabbetta dan maqdappeng mengatur bahwa aturan pada keduanya dijalankan bersama-sama. Aturan ini yang sering digunakan oleh masyarakat Sulsel.
  • Sigoppoe mengatur bahwa pada lubang besar tidak ikut diisi biji, melainkan hanya sebagai tempat biji kemenangan.
  • Sebagai catatan, dari semua model permainan maqgalaceng atau aqgalacang di atas, pemenangnya ditentukan dari siapa yang paling banyak mengumpulkan biji di lubang yang paling besar (lubang induk).
6. Cara Permainan 

Cara memainkan maqgalaceng atau aqgalacang cukup mudah. Mula-mula kedua pemain harus menyepakati lebih dulu aturan mana yang akan digunakan. Setelah disepakati, keduanya lalu bersepakat lagi untuk menentukan siapa yang lebih dahulu memulai untuk mengisikan atau memutarkan biji-biji ke lubang. Biji akan diputarkan dari kanan ke kiri. Dalam hal ini, kesepakatan akan diambil melalui suit, yakni mengadu antara jari jempol, telunjuk, dan kelingking, atau dengan mengadu dengan membalik telapak tangan.
Setelah disepakati siapa yang pertama, lalu pemain yang menang mulai mengambil biji dari salah satu lubang yang ada dan memutarkannya dari kanan ke kiri. Semua lubang diisi dengan satu biji, termasuk dua lubang yang besar (lubang induk). Jika biji habis pada lubang yang masih ada bijinya, maka biji tersebut diambil lalu diputarkan lagi. Namun, jika habis pada lubang yang kosong, maka pemain lawan ganti memutar biji. Begitulah seterusnya hingga biji-biji tersebut semua berpindah ke lubang induk. Menang dan kalah ditentukan dari siapa yang paling banyak jumlah bijinya yang terkumpul di lubang induk. 

7. Nilai-nilai 

Permainan maqgalaceng atau aqgalacang mengandung nilai-nilai bagi kehidupan orang Sulsel, antara lain:
  • Ketelitian dan kesabaran. Permainan maqgalaceng atau aqgalacang memerlukan ketelitian dalam memutarkan biji-biji. karena jika tidak, pemain tidak dapat memperkirakan jumlah biji dan di mana akan habis. Akibatnya ia akan sedikit mengumpulkan biji.
  • Olahraga. Dalam hal ini tentu saja olahraga otak karena dalam maqgalaceng atau aqgalacang diperlukan ingatan pemain yang kuat. Pemain harus teliti dan tajam ingatannya, misalnya dari manakah ia harus pertama kali mengambil biji agar tidak jatuh pada lubang yang kosong.
  • Seni. Nilai ini tercermin dari wujud alat maqgalaceng atau aqgalacang itu sendiri yang tidak hanya sekadar dilubangi saja, terkadang alat maqgalaceng atau aqgalacang dihias dengan ukiran yang khas, seperti bentuk ular atau burung. Alat maqgalaceng atau aqgalacang bahkan sering dijadikan koleksi benda antik.
  • Melestarikan tradisi. Maqgalaceng atau aqgalacang adalah ajaran leluhur Sulsel yang penting untuk dilestarikan. Meskipun saat ini tidak lagi difungsikan sebagai pelengkap adat untuk orang meninggal, namun permainan maqgalaceng atau aqgalacang penting diberdayakan sebagai bukti kekayaan permainan tradisional Sulsel.
  • Belajar berhitung. Nilai ini diperoleh dari pemain saat memutarkan biji-biji di mana pemain harus mengihtung dengan cermat terlebih dahulu jumlah biji yang akan diputar, jangan sampai jatuh ke lubang yang kosong.
8. Penutup

Di saat anak-anak sekarang lebih tertarik dengan permainan modern dan akibatnya permainan tradisional yang sebenarnya memiliki nilai-nilai penting terpinggirkan, maka maqgalaceng atau aqgalacang perlu untuk dijaga. Melestarikan permainan ini sekaligus akan menjaga jejak sejarah serta bukti kebesaran leluhur Sulsel.

(Artikel ini pernah dimuat di www.melayuonline.com)

 Referensi
  • Aminah Pabittei, 2009. Permainan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Komentar

Postingan Populer