Dibancak-i itu didoakan

Esaa, berdasarkan hitungan pasaran orang Jawa, hari ini kamu genap 35 lima hari. Orang Jawa menyebutnya selapan atau selapanan. Kamu lahir pada pasaran Pahing. Karena itu, dalam tradisi Jawa, hari ini kamu selayaknya dibancak-i (didoakan), Nak. 
 
Pekan, peken, pasar

Sebelum agama hadir di nusantara ini, Nak, Leluhurmu dulu pernah memiliki kecerdasan yang agung, meskipun itu hanya didasarkan pada ilmu titen (teliti) dan hati. Mereka menyebut se- pekan bukan hanya tujuh hari saja, tetapi dari 2 sampai 10 hari. Mereka menamainya dalam bahasa Jawa kawi yang unik, dwiwara, triwara, caturwara, paƱcawara, sadwara, saptawara, astawara dan sangawara. Di pulau Bali dan Tengger, hitungan ini masih dipakai. Sementara oleh orang modern, se-pekan hanya dihitung lima hari dan tujuh hari saja.

Selain pekan, orang juga memiliki kosa kata peken yang artinya pasar. Hari-hari selama se-pekan tersebut, oleh orang Jawa dianggap memiliki pola kejadian yang mirip, meski tidak sama persis. Karena itu, mereka menandainya dengan nama-nama sebagai patokan dalam kehidupan keseharian. Nama-nama itu unik, Nak. Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Inilah yang dalam kebudayaan Jawa disebut dino pasaran.

Kearifan budaya orang Jawa memang unik, Nak. Meski kamu lahir di zaman modern, kelak kamu harus pelajari dan maknai itu, jangan menghukuminya buruk. Karena kebudayaan manusia dulu adalah hasil olah cipta rasa karsa terdalam mereka. Dan itu sama luhurnya dengan ilmu pengetahuan modern, Nak.

Banyak orang bilang, budaya leluhur tidak rasional, karena penuh mitos. Tetapi, bukankah ilmu pengetahuan modern itu juga mitos? Karena selalu berubah dan diperdebatkan, Nak.

Keyakinan adalah pengetahuan yang dipercayakan pada hati, Nak.

Bukan hanya orang Jawa, seluruh suku bangsa di dunia ini memiliki pengetahuan yang luhur dan unik, Nak. Pelajari, pahami, dan maknai itu semua. Kelak kau akan mengerti maksudnya.

Kamu harus belajar dari apa, siapa, dan dari mana saja. Karena Tuhan menyebar ilmu di mana saja.

Dibancak-i, bancak-an, didoakan

Dibancak-i itu kata aktif dari kata Jawa bancak-an yang artinya didoakan, permohonan doa agar kamu selamat dan sehat. Dari sini, kata ini bermakna positif. Namun, dalam beberapa kasus, kata bancak-an diadopsi bahasa Indonesia untuk menyebut perilaku negatif manusia. Misalnya, berita yang menyebutkan bahwa para pejabat daerah bancak-an dana hibah (korupsi).

Ritual bancak-an umumnya diwujudkan dalam selama(e)tan atau kenduri. Hari ini, eyang putrimu, dibantu seorang tetangga yang baik, Bu Cik, membuat seperangkat nasi dengan lauk pauk khusus, untuk dibagikan secara langsung ke seluruh tetangga dekat rumah.

Seperangkat nasi ini umumnya dinamai sebagai nasi bancak-an. Karena dibagikan ke tetangga, banyak orang menyebut ritual bancak-an sebagai syukuran dan harapan. Syukur sang jabang bayi sehat dan berharap tetap sehat dan selamat.

Dengan demikian, tradisi bancak-an itu baik, Nak. Karena intinya adalah memohon doa akan kesehatan dan keselamatan. Nasi bancak-an hanyalah wujud terimakasih orangtuamu kepada tetangga karena kamu sudah didoakan. Begawan Semar pernah berpesan, tadah, pradah, ora wegah. Kalau diringkas, doa terbaik adalah "terimakasih".

Bancak-an hanyalah cara, Nak. Kelak, kamu harus wujudkan terimakasihmu kepada manusia lewat perbuatan baik kepada semua makhluk, apa, siapa, dan dari mana pun mereka.

Selamat selapan anakku

Prambanan, senin pahing, 26/9/2011





Komentar

Posting Komentar

sila memberi kritik, saran, dan masukan terhadap blog dan isinya, terimakasih

Postingan Populer