Mammencaq

Mammencaq atau aqmancaq merupakan salah satu jenis seni beladiri Melayu dari Sulawesi Selatan. Dilihat dari asal-usul dan tekniknya, mammencaq mirip dengan seni beladiri pencak silat yang cukup populer di kawasan Semenanjung Melayu. 

1. Asal-usul

Seni beladiri tradisional Melayu mammencaq masih sering dimainkan di Sulawesi Selatan (Sulsel). Di beberapa daerah di Sulsel, seni beladiri ini disebut dengan nama yang berbeda-beda. Orang Bugis menyebutnya mammencaq, sedangkan orang Makassar memberi nama aqmancaq untuk permainan ini. Seni beladiri ini lebih banyak mengajarkan ketahanan fisik dan kecerdikan (Mattulada, 1979). 

Mammencaq atau aqmancaq berasal dari kata mencaq atau mancaq yang artinya pencak. Kata ini merujuk pada tradisi beladiri Melayu pencak silat. Mammencaq diperkirakan berasal dari Semenanjung Melayu yang dibawa oleh orang-orang Melayu ketika berdagang dan menetap di Sulawesi. Pandangan ini umumnya dapat diterima karena permainan ini juga disebut dengan silaq Melayu atau silat Melayu (Pabittei, 2009).

2. Perkembangan 

Selain menjadi cabang ilmu yang digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman musuh, mammencaq juga dimainkan sebagai hiburan atau untuk kelengkapan acara-acara adat, misalnya dalam perkawinan adat, selamatan, pesta panen, serta upacara adat lainnya. Mammencaq merupakan perpaduan antara seni, gerakan dan olah raga beladiri. Dahulu, mammencaq hanya dimainkan oleh kaum laki-laki. Akan tetapi, dalam perkembangannya banyak kaum perempuan yang menekuni seni beladiri ini. Apalagi pencak silat telah menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di tingkat nasional maupun internasional (HD. Mangemba, 1959).

3. Perlengkapan 

Seni beladiri mammencaq atau aqmancaq hanya memerlukan gelanggang atau arena berupa tanah lapang atau gedung. Selain itu, ada beberapa sejata tajam, seperti pisau, belati, dan tongkat yang diperlukan untuk mempraktekkan jurus-jurus tertentu. Permainan ini juga dilengkapi gong dan gendang untuk sebagai alat musik pengiring.Mammencaq umumnya dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan berjumlah 2 orang (satu lawan satu) dan memakai pakaian adat tradisional. Seni beladiri ini biasanya dimainkan di sebuah arena berupa lapangan tanah terbuka, di pinggir sawah, rumput, atau di dalam gedung.

4. Tata Cara dan Peraturan 

Mula-mula, gong dan gendang dipukul untuk menghangatkan suasana. Kemudian, masuklah seorang pemain ke tengah gelanggang dan disusul pemain kedua dari sisi lain gelanggang. Pemain pertama memulai permainan dengan gerakan yang disebut sintaq bunga (Makassar) atau sittaq bunga (Bugis) yang berarti gerakan seperti memetik bunga. Gerakan ini berbeda-beda sesuai dengan tingkat yang telah dicapai oleh si pesilat. Dari gerakan ini, keindahan seni mammencaq terlihat karena gerakan tangan kedua pemain lentur dan melambai. Gerakan ini berupa jurus-jurus permulaan untuk masuk ke jurus selanjutnya.

Setelah pemain pertama selesai “menarik bunga”, pemain kedua melakukan gerakan yang sama. Gerakan ini dilakukan bersama oleh kedua pemain hingga dua atau tiga kali, hingga sampai pada gerakan yang dianggap menantang lawan. Jika sudah dilakukan, pesilat akan mulai mengintai kelemahan lawannya dengan menyerang, memukul, menendang, dan menangkis. Begitulah gerakan-gerakan tersebut diulang hingga salah satu pemain dinyatakan kalah oleh wasit. Gerakan-gerakan tersebut harus disesuaikan dengan irama gendang.

Dalam keadaan tertentu, wasit berhak menghentikan permainan, misalnya ketika salah satu pemain mengalami cedera. Pemain sendiri dapat menyatakan berhenti atau tidak dapat melanjutkan permainan. Dalam kondisi ini, pemain dinyatakan kalah. Secara umum, dalam seni beladiri mammencaq terdapat beberapa aturan yang harus ditaati, antara lain: (1) Angka bagi yang menang berdasarkan pukulan dan tendangan yang kena tubuh; (2) Pesilat dilarang memukul atau menendang bagian kemaluan lawan; dan (3) Permainan umumnya dibagi dalam tiga babak (ronde).

5. Nilai-nilai 

Seni beladiri mammencaq mengandung nilai-nilai luhur sebagai berikut:
  • Melatih ketangkasan dan kedisiplinan. Seni beladiri mammencaq memerlukan ketangkasan pemainnya, khususnya dalam menangkis dan menghiindari pukulan lawan, juga membutuhkan kedisiplinan untuk menaati peraturan permainan.
  • Olahraga. Nilai ini tercermin dari gerakan pemain saat memukul atau menendang yang membutuhkan stamina, energi, dan fisik yang seimbang. Jika pemain tidak dalam kondisi fisik yang prima, maka ia tidak akan dapat melakukan permainan ini dengan baik, bahkan beresiko luka atau cacat.
  • Melestarikan tradisi. Mammencaq adalah warisan leluhur yang mengajarkan budi pekerti berupa sportivitas, kedisiplinan, dan rendah hati. Oleh karena itu, permainan ini penting untuk dilestarikan agar nilai-nilai dalam permainan tersebut terpelihara.
  • Menjaga kekompakan tim. Dalam perkembangannya, mammencaq sudah dipertandingkan secara tim. Karena itu, dalam hal ini kekompakan tim perlu dijaga untuk memenangkan pertandingan.
8. Penutup 

Mammencaq yang dikenal juga sebagai salah satu jenis seni beladiri pencak silat merupakan salah satu kearifan lokal bangsa Melayu serumpun yang harus terus dilestarikan. Dimasukkannya pencak silat menjadi bagian dari olahraga yang dipertandingkan secara nasional dan internasional juga semakin membuktikan kebesaran kebudayaan Melayu.

(Artikel ini pernah dimuat di www.melayuonline.com) 

Referensi
  • Aminah Pabittei, 2009. Permainan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
  • HD. Mangemba, 1959. “Permainan Sempaq Raga”, dalam Majalah Sulawesi.
  • Mattulada, 1979. Pencak Silat Tradisional di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan.

Komentar

Postingan Populer