Bertani dengan Alat Sederhana

Teknologi pertanian tradisional pada masyarakat Melayu Jambi dikenal cukup unik karena sebagian peralatan tersebut merupakan hasil kreasi para petani sendiri. Peralatan-peralatan tersebut adalah: tajak, luci, galah, tuai, jangki, karung goni, gerobak, dan bilik (lumbung). Dari delapan alat tersebut hanya goni saja yang tidak dibuat sendiri oleh kaum petani, melainkan diperoleh dengan cara membeli.

1. Asal-usul
 
Petani Jambi memiliki peralatan tradisional yang diciptakan dengan tangan mereka sendiri. Peralatan pertanian tersebut hingga kini masih digunakan meskipun tidak masif lagi karena kaum petani lebih banyak menggunakan alat-alat modern. Meskipun demikian, alat-alat tradisional ini masih dianggap lebih efektif dan ekonomis (Tim Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi, 1982: 25; Ibrahim Budjang, et.al., 1990: 75).

Terdapat delapan jenis alat pertanian tradisional pada masyarakat Melayu Jambi, yaitu: tajak, luci, galah, tuai, jangki, karung goni, gerobak dan bilik (lumbung). Mayoritas alat pertanian tradisional tersebut terbuat dari kayu. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, bahan baku kayu juga dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan bahan lain karena bisa didapatkan di dalam hutan sekitar tanpa harus membeli. Nilai ekonomis dan kemudahan dalam pengerjaan semakin sempurna ketika kayu bisa dikatakan tidak menghasilkan emisi apapun sehingga ramah lingkungan. Alat-alat tradisional ini memperkuat kearifan lokal petani Jambi terhadap lingkungan dan hutan Jambi yang saat ini mulai rusak oleh banjir (Budjang, et.al., 1990: 76).
 
2. Jenis Alat Pertanian Tradisional
 
Peralatan pertanian tradisional di Jambi terdapat delapan jenis, yaitu tajak, luci, galah, tuai, jangki, karung goni, gerobak dan bilik (lumbung). Secara umum, fungsi alat-alat pertanian tradisional tersebut adalah untuk memanen dan memelihara padi, baik sebelum atau setelah panen. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing alat pertanian tradisional tersebut:

a. Tajak
 
Tajak adalah alat untuk memusnahkan rumput yang mengganggu tanaman padi, oleh karena itu pekerjaan yang menggunakan tajak disebut juga dengan istilah “merumput”. Tajak memiliki bentuk seperti pisau besar yang dilengkungkan. Tajak terbuat dari besi plat baja. Pada pangkal tajak diberi gagang (ulu tajak) yang terbuat dari kayu keras untuk memudahkan saat dipegang. Panjang tajak kurang lebih 40 cm, sementara ulu tajak 10 cm.

b. Luci
 
Luci adalah alat pertanian yang tercipta berdasarkan pada kepercayaan mistis petani Jambi. Sepasang luci yang diletakkan di pinggir sawah diyakini akan membawa berkah berupa padi yang bebas dari hama, buahnya berisi, sehingga berujung pada hasil panen yang melimpah (Budjang, et.al., 1990).

Luci terbuat dari beberapa bahan, yaitu buluh bambu, rotan, buah pohon renggas/terap/gelugur yang umumnya tumbuh di hutan, serta tujuh ragam bunga (mawar, melati, cempaka, kaca piring, pacar, raya, dan kenanga). Bentuk luci berupa segi empat lonjong dengan panjang 40 cm dan berdiameter 34 cm. Luci digantung pada sebatang bambu lalu diletakkan di pinggir sawah.

c. Galah
 
Galah adalah alat yang dipakai petani untuk merebahkan batang padi agar mudah dituai. Galah terbuat dari bambu yang dipotong sepanjang 3-5 meter, lalu dibersihkan ranting-ranting serta dihaluskan ruas-ruasnya.

d. Tuai
 
Tuai atau ani-ani adalah alat untuk memotong tangkai padi saat dipanen. Tuai terbuat dari kombinasi beberapa bahan, antara lain besi untuk mata tuai, papan kayu untuk badan tuai, dan bambu untuk gagang tuai. Panjang gagang tuai 6 cm, badan tuai 14 cm, dan mata tuai 5 cm. Bentuk tuai mirip seperti seekor burung yang memiliki dua kepala.

e. Jangki
 
Jangki adalah alat berbentuk keranjang yang digunakan untuk mengangkut padi seusai dituai (panen). Bagian atas jangki berukuran 70 cm dan dibuat lebih besar daripada bagian bawahnya yang tertutup. Sementara tinggi jangki berukuran sekitar 105 cm.

Jangki dibuat dari rotan yang dibelah-belah lalu dianyam. Agar tidak mudah rusak, pada bagian samping, atas, dan bawah jangki dilapisi bilah kayu di keempat sudutnya. Salah satu sisi badan jangki dipasang tali yang berfungsi untuk mengalungkan ke punggung.

f. Karung goni
 
Karung goni adalah karung yang biasa digunakan untuk tempat gula pasir atau beras. Karung goni diperoleh petani dengan cara membeli. Karung ini digunakan sebagai tempat padi setelah dituai (panen).

g. Gerobak
 
Gerobak adalah alat untuk mengangkut padi. Di Jambi, gerobak juga disebut pedati. Angkutan tradisional beroda dua ini ditarik oleh sapi atau kerbau. Gerobak terbuat dari bahan kayu, mulai dari roda, tali kekang, badan gerobak, hingga penghubung antara badan dengan leher sapi. Panjang gerobak kurang lebih 250 cm, sedangkan badan gerobak 100 cm.

h. Bilik
 
Bilik (lumbung/belubur) adalah bangunan berbentuk rumah tempat menyimpan padi setelah dipanen untuk jangka waktu lama. Bilik di Jambi beratap seng yang bertujuan agar matahari terus mengeringkan padi di dalamnya. Dinding dan tiang bilik terbuat dari kayu meranti. Lantainya dari papan. Lebar bilik kurang lebih 2-3 meter dengan bagian bawah agak mengecil.

Bilik tidak memiliki pintu atau jendela. Cara untuk memasukkan atau mengeluarkan padi melalui lubang yang berada di bagian atas. Oleh karena itu, diperlukan tangga ketika petani akan memasukkan atau mengeluarkan padi.
 
3. Nilai-nilai
 
Keberadaaan dan penggunaan alat pertanian tradisional di Jambi ini mengandung nilai-nilai tertentu bagi kehidupan, antara lain:
  • Ekonomis. Nilai ini tercermin dari bahan pembuatan yang umumnya berasal dari kayu, rotan, dan bambu yang mudah ditemukan di hutan. Selain itu, cara pembuatan alat-alat ini juga tidak mengeluarkan biaya besar karena hanya memerlukan alat yang sederhana, seperti palu dan paku.
  • Kebersamaan. Alat-alat pertanian ini biasanya tidak dipergunakan sendiri, melainkan secara bersama-sama. Misalnya, dalam mengangkut padi dengan gerobak, petani Jambi umumnya melakukannya secara gotong-royong, saling membantu. Kegiatan ini tentu saja semakin memperkuat rasa kebersamaan. Hal yang sama juga dilakukan ketika menyimpan padi di bilik.
  • Ramah lingkungan. Nilai ini tercermin dari alat-alat dan bahan-bahan yang tidak menggunakan mesin atau listrik sehingga ramah lingkungan.
  • Pelestarian tradisi. Nilai ini tercermin dari alat-alat pertanian tradisional yang merupakan peninggalan leluhur. Para petani yang menggunakan peralatan tersebut, secara tidak langsung turut melestarikan budaya leluhur.
  • Seni. Peralatan pertanian tradisional Melayu Jambi bentuknya tampak sederhana, akan tetapi jika lebih dicermati maka akan tampak memiliki unsur seni. Misalnya wujud luci yang unik, jangki yang teranyam rapi, atau tuai yang sekilas mirip burung.
4. Penutup
 
Alat pertanian tradisional memelihara dan memungut padi petani Jambi ini membuktikan bahwa leluhur Jambi adalah kaum agraris yang kreatif dan bersahabat dengan alam. Kedekatan mereka dengan alam tampaknya menjadi sumber kreativitas yang tak habis untuk menciptakan alat-alat bertani. Kekayaan tradisi agraris ini semoga terus dipelihara untuk kebesaran kebudayaan Jambi.

(Artikel ini pernah dimuat di www.melayuonline.com)

Referensi
  • Ibrahim Budjang et al., 1990. Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya di Daerah Jambi. Jambi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Tim Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi, 1982. Bercocok Tanam Padi Sawah. Jambi: Dinas Pertanian Tanaman Pangan.







Komentar

Postingan Populer