Buyuten

Esaa, simbah buyutmu memang baik hati. Meski zaman sudah modern dan anak cucunya berpendidikan, Simbah buyutmu tetap erat mendekap tradisi leluhurnya. Saat banyak orang Jawa malu mengakui tradisi Jawa, simbahmu justru mengajarkan kepada buyutnya, termasuk kamu, Nak. Itu yang membuat bangga, Nak. 
 
Nak, minggu lalu (6/11) kamu dikirimi sepasang ayam kampung. Kata om Harto yang mengantar ayam, sepasang ayam itu sebagai pelaksanaan tradisi. Simbah memberi itu biar tidak buyuten. Ibu dan Utimu juga menyebut istilah yang sama. Tapi ibumu tidak tahu maksud istilah itu.

Ibumu hanya mengartikan buyuten itu dengan menggerakkan telapak tangannya. Seperti orang sakit Parkinson.


Tetapi itu aneh. Mungkin maksud buyuten begini, Nak.


Nak, buyut itu sebutan untuk generasi ketiga dalam sebuah jalur keluarga Jawa. Pertama disebut anak, kedua cucu, ketiga buyut, selanjutnya canggah, wareng dan seterusnya. Kelak kamu akan pelajari itu di sekolah. Atau kamu bisa bertanya kepada Kakung dan Utimu. Jangan tanya ibumu…he…he…he


Buyuten itu simbol, Nak. Simbol dari rasa sayang dan perhatian seorang simbah kepada buyut-nya. Perhatian itu ditunjukkan dengan memberikan sepasang ayam itu.


Kenapa ayam? Orang Jawa mengenal ayam tidak hanya sekedar binatang, Nak. Ayam itu simbolisasi binatang yang pintar dan jeli mencari makan. Kalau kamu perhatikan, Nak, Induk ayam itu sangat ketat menjaga anak-anaknya dari ancaman dari luar.


Jadi, maksud simbah buyutmu memberikanmu sepasang ayam, itu merupakan doa dan harapan agar kelak kamu pintar dan jeli mencari rejeki dan menjaga anak-anakmu, seperti ayam itu.


Buyuten itu itu mungkin juga berkait dengan sisi psikologis orang tau, Nak. Orang tua, siapapun dia, cemas jika anak-anaknya sudah besar dan berkeluarga. Orang tua cemas hidup sendiri, suasana sepi, tak ada teman bersendau gurau, apalagi tamasya bersama. Ini syndrome orang tua namanya, Nak. Masalah psikologi yang akan dihadapi oleh setiap orang tua, termasuk kamu kelak.


Karena itu, pemberian sepasang ayam itu juga harapan agar kamu sebagai buyutnya kelak akan menyayangi simbahmu, Nak. Sering-sering mengunjungi dan mendoakannya biar sehat selalu.


Buyuten itu juga dimaksudkan agar kelak kamu saat menjadi simbah akan melakukan hal yang sama kepada buyutmu. Kelak kamu akan menikah, punya anak, cucu, dan buyut juga. Kamu akan menjadi ibu dari banyak manusia. Meskipun saat itu duniamu sudah sangat maju, tapi makna tradisi buyuten ini akan tetap ada.


Sepasang ayam itu merupakan pelajaran untukmu kalau tradisi buyuten penting untuk dipelihara dan dipraktekkan. Tradisi ini menjadi bukti kalau orang-orang tua Jawa sangat peduli dengan kehidupan anak cucunya.


Sepasang ayam itu juga menjadi pengingat bahwa selain kemanusiaan, kehewanan itu penting untuk dihormati kehidupannya. Karena mereka adalah makhluk Tuhan.


Ucapkan terimakasih untuk simbahmu, Nak.


Tegalharjo saat hujan





Komentar

Postingan Populer