Mengenal Kelentangan

Kelentangan adalah alat musik tradisional dari bilah-bilah bambu belembong atau pelantan. Bilah kayu ditata lalu dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan sepotong kayu. Namun, alat musik tradisional ini kini tak lagi populer karena sangat jarang penduduk di Kalimantan Timur yang bisa memainkan atau memilikinya. 
 
1. Asal-usul

Sejak zaman dahulu, leluhur orang Kalimantan Timur (Kaltim) menjadikan musik sebagai hiburan sekaligus pengiring penting dalam sebuah upacara yang bersifat sakral. Musik dijadikan media untuk mengekspresikan keindahan, kreativitas, dan aktivitas kehidupan. Lewat musik ini pula, di Kalimantan Timur akhirnya muncul berbagai jenis alat musik, salah satunya adalah Kelentangan. Meskipun sekarang sudah jarang dimainkan, kelentangan membuktikan orang Kaltim menyikapi hidup itu indah (Said Karim dkk, 1993: 53; Tim Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982: 45).

Kelentangan (Suku Dayak Bulungan), klentang-an (Suku Dayak Kutai), atau gluning (Suku Dayak Benuaq atau Tunjung) adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Bilah-bilah kayu ditata pada sebuah tempat berbentuk perahu atau kotak yang menyerupai peti mati, lalu dibunyikan dengan cara dipukul. Dahulu, kelentangan merupakan alat musik untuk mengusir burung di sawah. Pada perkembangan kemudian, kelentangan berubah menjadi musik pengiring upacara adat, seperti menerima tamu, upacara erau, atau mengobati orang sakit (Karim dkk, 1993: 53).

Alat musik tradisional kelentangan terdiri dari tiga unsur, yaitu bilah-bilah kayu, kayu pemukul, dan tempat menata bilah-bilah kayu. Suara merdu yang keluar dari alat musik ini bisa dihasilkan dengan cara membuat ketiga unsur tersebut sesuai dengan ukurannya, dan yang utama adalah kayu sebagai bahan utama kelentangan harus kering benar. Kayu yang kering akan menghasilkan bunyi yang enak didengar (Karim dkk, 1993: 54).

2. Bahan dan Cara Pembuatannya
 
Bahan utama untuk membuat kelentangan adalah kayu belembong atau pelantan. Kayu ini dipilih karena kuat, ringan, dan urat-uratnya lurus sehingga mudah diraut. Namun, kini kayu jenis ini mulai langka di hutan. Oleh karena itu, kelentangan kini mulai dibuat dari besi atau kuningan (kelentangan logam). Bentuk kelentangan yang terbuat dari kayu dan yang terbuat dari logam sangat berbeda. Jika kelentangan kayu berbentuk bilah (persegi empat), namun kelentangan logam berbentuk bulat.

Suku Dayak Tunjung dan Bulungan menyebut kelentangan berbahan besi atau kuningan ini dengan nama serunai. Serunai berbentuk seperti gong kecil yang mirip dengan gamelan dari Jawa. Namun, terdapat beberapa perbedaan, yaitu nada yang dihasilkan dari serunai disesuaikan dengan kelentangan dan tempat serunai diukir dengan motif-motif tradisional khas Kalimantan Timur yang unik sehingga tidak sedikit para peminat seni menjadikannya benda koleksi.

Proses pembuatan kelentangan cukup sederhana dan umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional. Terdapat tiga tahap pembuatan kelentangan, yaitu membuat bilah bambu, tempat menata bilah-bilah bambu, dan terakhir kayu pemukul.

Bilah-bilah kayu
 
Bilah-bilah kayu merupakan unsur utama untuk membuat alat musik kelentangan. Kayu yang dipilih harus benar-bgenar kering. Bilah-bilah kayu inilah yang nantinya dipukul sehingga menghasilkan bunyi.

Proses pembuatan bilah-bilah kayu dimulai dengan memotong kayu belembong atau pelantan. Kayu kemudian dibelah-belah dengan ketebalan kira-kira 2-3 cm dan panjang 20 cm.

Jumlah bilah dalam satu kelentangan sebanyak 6 atau 8 buah. Setiap ujung bilah dibuat lubang tempat paku untuk ditancapkan pada tempat bilah. Tujuannya agar bilah tidak bergeser saat dipukul.

Ketebalan dan panjang bilah berpengaruh pada bunyi yang dihasilkan. Bagi yang ingin memperoleh bunyi berbeda, tebal-tipis kayu dapat disesuaikan.

Tempat bilah-bilah kayu
 
Proses selanjutnya adalah membuat tempat untuk menata bilah-bilah. Tempat bilah-bilah kayu dibuat dari kayu belembong atau pelantan. Bentuk tempat ini seperti perahu atau kotak seperti peti mati yang tengahnya kosong. Pada bagian yang kosong inilah bilah-bilah kayu tersebut ditata. Bilah harus disusun dengan cermat. Nada rendah ada di kiri dan nada tinggi di kanan.

Panjang tempat menata bilah dibuat sesuai jumlah bilah. Tempat bilah ada juga yang dibuat melengkung agar bilah kayu tidak bergeser saat dipukul. Beberapa pengrajin meraut tempat bilah kayu ini hingga halus, diukir, lalu dicat sehingga bernuansa seni ukir yang indah.

Kayu Pemukul
 
Setelah bilah-bilah kayu terpasang pada tempatnya, selanjutnya membuat kayu pemukul. Pemukul dibuat dari kayu belembong atau pelantan. Kayu pemukul berbentuk bulat dengan panjang kurang lebih 20 cm. Pada ujung pemukul terkadang dibalut karet, tetapi ada juga yang dibiarkan begitu saja.

3. Cara Memainkan
 
Pemain kelentangan harus mengerti tentang tangga nada (notasi balok) alat musik kelentangan dimainkan disesuaikan berdasarkan notasi balok. Pemain yang telah mahir bisa memainkan kelentangan tanpa harus melihat bilah ketika memukul.

4. Nilai-nilai
 
Di dalam alat musik kelentangan terkandung nilai-nilai positif, terutama untuk kebudayaan dan seni pada masyarakat Kalimantan Timur. Nilai-nilai tersebt antara lain:
  • Pelestarian budaya. Ketika alat musik kelentangan ini tetap dimainkan, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap pelestarian kebudayaan karena kelentangan adalah alat musik khas Kalimantan Timur. Namun, pada kenyataan sekarang, kelentangan mulai jarang dimainkan dan dimiliki oleh masyarakat di Kalimantan Timur. Hanya sebagian kecil dari masyarakat di Kalimantan Timur, khususnya orang-orang tua, yang masih mengerti tentang cara membuat dan memainkan alat musik ini.
  • Seni. Nilai ini tercermin dari pembuatan kelentangan yang memerlukan keterampilan dalam bidang seni ukir kayu. Sebagian pengrajin membuat kelentangan dengan serutan yang sangat halus, sehingga membuat kelentangan menjadi benda bernilai seni tinggi.
  • Pariwisata. Nilai pariwisata akan tampak ketika kelentangan turut dipentaskan ketika dihelat acara-acara adat. Pementasan kelentangan sebagai alat musik tradisional khas Kalimantan Timur merupakan salah satu cara untuk menarik wisatawan. Nilai khas, berupa keunikan dan seni yang muncul seiring dengan pementasan kelentangan menjadi daya tarik tersendiri di dunia pariwisata.
  • Sakral. Kelentangan semula adalah musik untuk mengusir burung. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kelentangan menjadi musik pengiring upacara adat. Saat kelentangan dimainkan dalam upacara adat tersebut, nilai sakral akan muncul. Terlebih lagi jika kelentangan dimainkan sebagai media penyembuhan penyakit. Bunyi yang dihasilkan dari alat musik ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit. Bahkan tidak jarang, ketika irama kelentangan dimainkan, dukun yang mengobati akan terlihat trance (kerasukan roh).
5. Penutup
 
Perkembangan yang sedang berlangsung saat ini menunjukkan bahwa beberapa seniman musik telah berani menggabungkan antara instrument tradisional dan modern. Secara langsung, perkembangan ini akan berpengaruh terhadap pelestarian musik tradisional, seperti kelentangan. Ketika pendengar atau pemirsa mendengar atau menyaksikan keterpaduan antara alunan modern dan tradisional, maka secara tidak langsung telah memperkenalkan musik tradisional ke dalam level modernitas.

(Artikel ini pernah dimuat di www.melayuonline.com)
 
Referensi
  • Said Karim dkk, 1993. Peralatan hiburan dan kesenian tradisional daerah Kalimantan Timur. Kalimantan Timur: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya.
  • Tim Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982. Naskah sejarah seni budaya Kalimantan Timur. Samarinda: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Komentar

Postingan Populer