Jadilah Empu

Esa, hari ini tepat empat bulan kelahiranmu, Nak. Berbahagialah, Nak, bersama seluruh perempuan saudara sebangsamu yang merayakan hari ibu hari ini. Meski dikaburkan, mereka  bergembira merayakan peran mereka dalam sejarah bangsa ini. Bergembiralah untuk dirimu sendiri dan ibumu, Nak. Dia perempuan yang melahirkan, merawat, dan menyayangimu. Ia seorang empu (perempuan), Nak. Sama seperti namamu.
      
Tentang hari ibu, ada yang menyebut hari perempuan dan ada pula yang menyebut hari wanita. Aku mau sampaikan agar kamu fahami. Sebagian orang menganggap benar dan penting perayaan hari ibu. Tujuannya agar kaum perempuan menjadi mandiri dan tidak diperlakukan seenaknya oleh laki-laki dan penguasa (negara, bangsawan, atau agama) seperti dulu pernah terjadi. Kaum perempuan harus mengatur dirinya sendiri sesuai kodratnya. Kaum perempuan harus dihormati, tidak hanya hari ini namun setiap hari.

Ada pihak yang tidak setuju dengan penamaan hari ibu. Menurut mereka, lebih tepat dinamakan hari perempuan lebih. Karena tidak semua perempuan itu  ibu (baca: menikah). Menamakan hari ibu sama saja menafikan perempuan-perempuan lainnya yang tidak mau menikah atau memiliki anak. Walau mereka bisa mengadopsi anak atau mengasuh anak orang lain. Penamaan hari perempuan berdasarkan Konggres perempuan pertama di Jogja, 22 Desember 1928. Bagi mereka menjadi perempuan itu pasti, menjadi ibu (menikah) itu pilihan.

Ada juga yang menganggap, seharusnya dinamakan hari pergerakan perempuan, karena para perempuan yang berkonggres di Yogyakarta waktu itu tujuannya adalah melawan kolonialisme penjajah, feodalisme raja dan bangsawan Jawa. Salah satu yang dilawan adalah kebiasaan poligami bangsawan Jawa. Di negara Barat sendiri ada mother's day, tapi di Indonesia tidak menganbil dari konsep Barat. Peringatan hari ibu sejatinya adalah peringatan gerakan perempuan. Entah siapa yang 'memelintir' jadi mother's day

Menurut sejarah, hari ibu merupakan gerakan perlawanan dan terutama pada semangat anti kolonialisme dan feodalisme yang terjadi pada sekitar tahun 1920-an. Semangat itu digerakkan oleh seorang perempuan bernama Sujatin Kartowijono, aktifis perempuan dalam organisasi Jong Java. Penulis dan redaktur media Jong Java tepatnya.

Sujatin sendiri terinspirasi oleh Ide-ide Kartini tentang pendidikan, semangat anti poligami dan perlunya perempuan bekerja. Sujatin menolak feodalisme Jawa, terutama di kalangan Kraton di mana sang raja memiliki banyak selir. Sujatin bersama Ny. Soekanto dan Nyi Hajar Dewantoro pada tahun 1928 menggelar Kongres Perempuan pertama di Yogyakarta. Kongres dihadiri sekitar 1000 orang dan mengeluarkan deklarasi melawan kolonialisme dan mendesain konsep negara bangsa dan Kebangkitan Nasional. Sayang kontribusi besar kaum perempuan ini dilupakan sejarah yang justru mendahulukan kaum laki-laki dengan istilah founding fathers. Kini, peringatan hari Ibu juga terdistorsi dan  diletakkan dalam semangat domestik belaka. 

Sejarah perempuan juga berkaitan dengan kebudayaan agraris (pertanian) negeri ini dan juga Asia Tenggara. Perempuan posisinya sangat istimewa karena berkait dengan kesuburan. Karena itulah muncul mitos purba tentang sosok dewi sebagai simbol kesuburan. Di Jawa disebut Dewi Sri (padi), di tanah pasundan dikenal dengan nama Ni Pohaci, di kalimantan diberi nama putri liung indung bunga, di Batak ada mitos boru deak parujar, dan di flores dikenal te'ze.

Untuk menghormati Dewi sebagai ibu asal, nenek moyang kita dulu menjalankan ritual-ritual sehubungan dengan munculnya tumbuh-tumbuhan dan keperluan pokok manusia seperti padi (beras). Di Jawa, penghormatan kepada dewi juga ditunjukkan dalam bentuk arca-arca kecil yang terbuat dar berbagai bahan.

Terlepas dari pro kontra tentang hari ibu, Nak, sejarah bangsa ini memang sejak dulu (dibuat) keruh. Ada pihak-pihak tertentu yang (sengaja) mengeruhkan untuk kekuasaan dan kepentingan mereka dan kelompoknya. Tak heran jika transformasi pengetahuan antargenerasi mandek. Konflik dan saling bunuh antarsaudara sendiri itu buktinya, Nak. Kelak kamu harus belajar banyak bahasa, agar kamu bisa pahami sejarah bangsa sendiri juga bangsa lain.

Selamat hari ibu, perempuan, atau wanita wahai istri dan anakku.

Meski berat, jadilah empu untuk dirimu sendiri dan banyak orang.

Tegalharjo pukul 3 dini hari





Komentar

Postingan Populer